
PSG vs Tottenham di Udine: Formasi 4-3-3 dan Starting Lineup Piala Super UEFA 2025
Piala Super UEFA 2025 akan mempertemukan PSG dan Tottenham di Stadion Friuli, Udine. Pertandingan ini diprediksi akan berjalan menarik karena kedua tim memasang formasi serupa, yaitu 4-3-3, dengan fokus pada keseimbangan antara serangan sayap berkecepatan dan stabilitas lini tengah. Kedua tim tampak siap menampilkan starting lineup terbaik mereka untuk meraih trofi pembuka musim ini.
Pertandingan ini bukan hanya soal permainan antara dua klub besar Eropa, tetapi juga ajang pertunjukan para pemain bintang yang akan menjadi fokus pengamatan para penggemar. Di balik angka-angka formasi, ada dinamika antarpemain yang bisa menentukan arah jalannya laga, mulai dari duel lini belakang hingga duel kreatifitas di lini tengah dan ketajaman di lini serang.
Formasi dan starting lineup PSG
Untuk PSG, formasi yang digunakan adalah 4-3-3. Kiper yang dipilih adalah Lucas Chevalier, yang akan menjadi benteng pertama di bawah mistar gawang. Lini belakang terdiri dari Achraf Hakimi di kanan, Marquinhos di tengah, Willian Pacho, dan Nuno Mendes di sisi kiri. Organisasi tiga gelandang tengah diperkirakan diisi Warren Zaire-Emery, Vitinha, dan Desire Doue untuk menjaga ritme permainan dan mempertemukan transisi antara bertahan dan menyerang. Barisan depan PSG diisi Bradley Barcola yang energik, Ousmane Dembélé yang kreatif, dan Khvicha Kvaratskhelia yang menjadi mesin kreasi dan pengambil keputusan di sepertiga lapangan akhir.
Pemain seperti Barcola memberikan kecepatan dan pengancaman dari sisi sayap, sementara Dembélé mampu menghubungkan permainan dengan operan satu sentuhan dan invasi ke kotak penalti lawan. Kvaratskhelia, dengan kemampuan dribbling dan visi permainan, diharapkan menjadi motor utama PSG dalam membongkar pertahanan Tottenham melalui kombinasi gerak tanpa bola dan pergerakan vertikal yang tajam.
Formasi dan starting lineup Tottenham
Tottenham juga mengusung formasi 4-3-3 dengan kiper Guglielmo Vicario sebagai penjaga gawang. Di sektor belakang, empat bek terdiri dari Micky Van de Ven, Kevin Danso, Cristian Romero, dan Pedro Porro. Garis tengah dijaga oleh Pape Matar Sarr sebagai pemain penghubung, Joao Palhinha sebagai jangkar lini tengah, dan Rodrigo Bentancur yang menjadi kreator lini tengah serta opsi transisi cepat. Di lini serang, trio Djed Spence, Richarlison, dan Mohammed Kudus akan mencoba menciptakan peluang lewat kombinasi kecepatan, fisikalitas, dan pergerakan tanpa bola yang terukur.
Spence di sisi sayap dikenal dengan kecepatan dan dribelnya, sementara Kudus membawa performa teknis yang bisa memecah pertahanan lewat inovasi gerak dan tembakan dari luar kotak penalti. Richarlison, meski memiliki peran sebagai penyerang yang mengikat pemain bertahan, juga akan membantu pressing tinggi serta membuka ruang untuk kedua rekannya jika mereka bisa membongkar blok pertahanan PSG.
Kunci duel taktik antara kedua tim
Duet antara lini belakang PSG dan kecepatan sayap Tottenham akan jadi sorotan utama. Hakimi akan berhadapan dengan kecepatan Spence atau poros serangan Spurs, sementara Nuno Mendes berhadapan dengan sisi kiri serangan Spurs. Di lini tengah, Zaire-Emery yang masih muda akan mendapatkan tantangan besar dari Sarr sebagai figur jangkar yang menjaga ritme permainan. Perbandingan antara pengalaman Palhinha dan gelandang kreatif PSG seperti Vitinha serta Doue juga akan menentukan apakah Tottenham bisa mendominasi transisi fast-break atau PSG lebih banyak menguasai permainan melalui penguasaan bola dan pressing tinggi.
PSG kemungkinan mengandalkan perubahan tempo dengan operan vertikal dari barisan belakang ke depan, memanfaatkan pergerakan Barcola dan Dembélé untuk membuat peluang dari sisi sayap. Tottenham, di sisi lain, akan mencoba menyeimbangkan penguasaan bola dengan serangan balik cepat, memanfaatkan ruang yang muncul setelah lini tengah PSG menekan terlalu tinggi. Kedua tim perlu menjaga disiplin dalam bertahan untuk menahan gempuran set-piece karena kedua tim punya ancaman dari skema bola mati dan kemampuan finishing di area itu.
Stadion Friuli Udine dan atmosfer laga
Stadion Friuli di Udine menjadi lokasi pertandingan ini, memberi nuansa klasik Eropa yang hangat dengan atmosfer pendukung yang intens. Lokasi pertandingan di Udine juga berarti kedua tim harus beradaptasi dengan ritme perjalanan dan kondisi kota yang relatif tenang, sehingga fokus akan sepenuhnya pada kualitas permainan di atas lapangan. Bagi para penggemar, pertemuan ini menjadi panggung untuk melihat seberapa jauh kedua klub telah berkembang sejak musim lalu, serta siapa yang lebih siap menarget trofi perdana di awal kampanye.
Pelajaran penting dan apa arti pertandingan ini bagi kedua tim
Secara umum, pertandingan ini menawarkan kesempatan bagi PSG dan Tottenham untuk menguji kombinasi taktik mereka melawan tim sekelas Eropa. Bagi PSG, kemenangan bisa menjadi sinyal bahwa kombinasi kekuatan eksplosif di lini serang bisa berlanjut hingga kompetisi domestik dan Eropa. Bagi Tottenham, menang bisa menjadi dorongan moral untuk membangun kepercayaan diri di bawah tekanan kompetisi tinggi, sambil menilai bagaimana adaptasi lini tengah barunya berfungsi saat menghadapi serangan dari barisan depan PSG yang sangat berbahaya.
Terlepas dari hasilnya, laga ini memberikan tontonan menarik bagi penggemar sepak bola di Indonesia maupun penggemar global yang ingin melihat bagaimana kedua tim menerjemahkan formasi 4-3-3 ke dalam permainan nyata di atas lapangan. Dengan starting lineup yang kuat dan motivasi yang tinggi, pertandingan ini berjanji menjadi ajang pembuktian bagi pemain-pemain kunci seperti Barcola, Dembélé, Kvaratskhelia, Spence, Kudus, dan Sarr untuk menunjukkan kualitas mereka di level tertinggi.
Penutupnya, semua mata akan tertuju pada bagaimana kedua pelatih mengatur taktik, bagaimana para bek bertahan melawan ancaman sayap PSG, dan bagaimana midfields mereka mengatur ritme permainan. Siapapun yang lebih efektif dalam mengendalikan tempo, memanfaatkan peluang, dan menjaga konsentrasi pada fase-fase kunci pertandingan kemungkinan besar akan keluar sebagai juara Piala Super UEFA 2025.