
IGK Manila: Jejak Dedikasi Manajer Timnas Indonesia
Belasungkawa datang dari berbagai kalangan setelah wafatnya I Gusti Kompyang Manila (IGK Manila), mantan manajer timnas Indonesia. Pengamat sepak bola Mohamad Kusnaeni, atau yang akrab dipanggil Bung Kus, menyampaikan rasa kehilangan dan menghargai kontribusi Manila bagi sepak bola Tanah Air. Manila meninggal di Jakarta pada usia 83 tahun. Namanya identik dengan era yang penuh warna, di mana disiplin militer dan semangat olahraga bersinergi untuk merawat kemauan berprestasi timnas Indonesia.
Biografi singkat IGK Manila: dari militer ke lapangan hijau
IGK Manila lahir di Singaraja, Bali, pada 8 Juli 1942. Latar belakangnya tidak lepas dari dunia militer: ia memulai karier di dunia militer dan menanjak hingga mencapai pangkat Mayor Jenderal TNI Angkatan Darat. Perjalanan militer ini membentuk pola pikirnya dalam menghadapi tantangan di lapangan hijau: kedisiplinan, rencana yang matang, dan kerja sama tim menjadi bagian penting dari gaya kepemimpinannya.
Kontribusi IGK Manila di level nasional
Setelah meniti karier militer, Manila dikenal luas di ranah sepak bola sebagai manajer timnas Indonesia. Salah satu momen paling dikenang adalah ketika Indonesia meraih medali emas SEA Games 1991 di Manila. Keberhasilan ini diraih setelah laga final melawan Thailand berakhir melalui adu penalti yang ketat, dengan skor 4-3. Keberhasilan itu bukan sekadar trofi, melainkan simbol kebangkitan Indonesia di kancah regional yang menambah semangat bagi sepak bola tanah air pada masa itu. Manila dinilai telah membawa timnas menelusuri jalan profesional yang presisi, layaknya operasi militer yang terkoordinasi dengan rapi.
Prestasi klub yang dikenang
Di tingkat klub, kontribusinya juga terasa kuat. Bandung Raya memperoleh titel Liga Indonesia pada 1996 berkat manajemen yang terukur dan fokus pada pembangunan tim secara berkelanjutan. Sementara itu, Persija Jakarta juga turut menikmati kejayaan di Liga Indonesia pada 2001 di bawah kepemimpinan manajerial Manila. Kisah sukses di level klub menunjukkan bagaimana pendekatan Manila mampu membangun suasana tim yang solid, mengutamakan kerja sama, dan menjaga semangat kompetitif tanpa mengabaikan etika profesional.
Sifat dan warisan
Menurut Kusnaeni, Manila adalah sosok yang mencintai sepak bola tanpa pamrih. Beliau menaruh perhatian besar pada perkembangan sepak bola Indonesia, tidak hanya fokus pada satu pertandingan, melainkan pada ekosistem yang lebih luas. Kepedulian itu tampak dari bagaimana ia bekerja keras di balik layar, memastikan program pembinaan, pemilihan pelatih, serta tata kelola yang rapi untuk kemajuan sepak bola nasional. Warisan Manila tercermin dalam generasi penerus yang mengedepankan disiplin, ketekunan, dan rasa kebersamaan dalam tim.
Mengapa kisah IGK Manila tetap relevan bagi industri sepak bola Indonesia
Kisah IGK Manila mengingatkan kita bahwa kemajuan sepak bola Indonesia tidak semata-mata bergantung pada bakat individu, melainkan juga pada manajemen yang matang, visi jangka panjang, dan kerja sama antarpihak. Kepemimpinan yang menggabungkan ketegasan militer dan semangat olahraga menjadi pelajaran berharga bagi para pengelola klub, sekolah sepak bola, maupun federasi. Dalam era modern, nilai-nilai seperti perencanaan, profesionalisme, dan pembinaan berkelanjutan menjadi kunci untuk menggema di level nasional maupun internasional. Manila menjadi contoh bagaimana seseorang bisa memberikan dampak luas dengan fokus pada tata kelola, penyelarasan program, dan komitmen pada kualitas pertandingan dari waktu ke waktu.
Penutup: mengenang IGK Manila
Dengan wafatnya IGK Manila, kita tidak hanya kehilangan seorang figur manajerial, tetapi juga sosok yang telah mengikat disiplin, cinta pada sepak bola, dan pengabdian pada bangsa lewat olahraga. Bung Kus, sebagai pengamat sepak bola, menegaskan bahwa dedikasi Manila layak dikenang. Semoga kisahnya menginspirasi generasi atlet, pelatih, dan pengurus sepak bola Indonesia untuk terus membangun fondasi yang kokoh demi masa depan sepak bola nasional yang lebih gemilang.