
Persib Larang Bonek di GBLA: Aturan Suporter Tamu di Liga 1 2025/2026
Persib Bandung resmi mengeluarkan imbauan kepada suporter Persebaya Surabaya yang dikenal sebagai Bonek untuk tidak menghadiri laga langsung di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) pada pekan kelima BRI Super League 2025/2026. Keputusan ini bukan sekadar permintaan biasa, melainkan berdasarkan regulasi resmi yang telah ditetapkan oleh federasi sepakbola Indonesia.
Dasar Hukum yang Melandasi Larangan
Kebijakan pelarangan kehadiran suporter tim tamu ini bersumber dari dua regulasi utama. Pertama, Pasal 5 ayat 7 tentang Keamanan dan Kenyamanan dalam regulasi Liga 1 2025/26. Kedua, Pasal 141 Kode Disiplin PSSI Tahun 2023 yang secara tegas melarang kehadiran suporter tim tamu di stadion. Aturan ini dibuat untuk memastikan keamanan dan kenyamanan semua pihak yang terlibat dalam pertandingan.
Andang Ruhiat, Wakil Presiden Operasi PT Persib Bandung Bermartabat, menegaskan bahwa aturan ini bukan sekadar imbauan kosong. “Terdapat konsekuensi nyata berupa denda finansial dari Komite Disiplin PSSI jika aturan ini dilanggar,” jelasnya. Hal ini menunjukkan keseriusan pihak penyelenggara dalam menerapkan regulasi yang telah ditetapkan.
Langkah Antisipasi yang Disiapkan
Panitia penyelenggara bersama aparat keamanan telah menyiapkan berbagai langkah antisipatif untuk menghadapi kemungkinan adanya suporter tamu yang memaksakan diri hadir. Salah satunya adalah rencana memulangkan suporter tim tamu yang tetap ingin masuk ke stadion. Langkah ini diambil untuk mencegah potensi kericuhan dan menjaga suasana pertandingan tetap kondusif.
Persiapan keamanan yang ketat ini mencerminkan komitmen pihak penyelenggara untuk menciptakan lingkungan sepakbola yang aman dan nyaman bagi semua kalangan, termasuk keluarga dan anak-anak yang datang untuk menonton pertandingan.
Dampak Positif bagi Dunia Sepakbola Indonesia
Kebijakan pelarangan suporter tamu sebenarnya memiliki dampak positif yang signifikan bagi perkembangan sepakbola Indonesia. Pertama, hal ini dapat mengurangi tensi dan potensi konflik antara suporter kedua tim yang selama ini sering memanas dalam laga-laga besar. Kedua, kebijakan ini mendorong budaya menonton sepakbola yang lebih sehat dan beradab.
Dengan tidak adanya suporter tamu, fokus pertandingan dapat sepenuhnya pada permainan di lapangan rather than pada rivalitas di tribun. Hal ini sejalan dengan semangat sportivitas yang ingin dibangun dalam sepakbola Indonesia modern.
Pelajaran dari Pengalaman Sebelumnya
Kebijakan ini bukanlah hal baru dalam sepakbola Indonesia. Beberapa pertandingan besar sebelumnya telah menerapkan aturan serupa dengan hasil yang cukup positif. Pengalaman menunjukkan bahwa dengan mengendalikan jumlah dan komposisi penonton, tingkat keamanan pertandingan dapat ditingkatkan secara signifikan.
Banyak negara lain juga telah menerapkan kebijakan serupa untuk pertandingan-pertandingan berisiko tinggi. Inggris, misalnya, memiliki sejarah panjang dalam mengelola suporter dan telah mengembangkan sistem yang efektif untuk mencegah kerusuhan sepakbola.
Harapan untuk Masa Depan Sepakbola Indonesia
Kebijakan yang diambil oleh Persib ini seharusnya dilihat sebagai langkah positif menuju sepakbola Indonesia yang lebih profesional dan aman. Dengan mematuhi regulasi yang ada, klub-klub menunjukkan komitmen mereka untuk membangun budaya sepakbola yang sehat.
Ke depan, diharapkan kebijakan seperti ini tidak hanya diterapkan untuk laga-laga tertentu saja, tetapi menjadi standar baku dalam penyelenggaraan pertandingan sepakbola di Indonesia. Dengan demikian, image sepakbola Indonesia di mata internasional dapat terus membaik.
Pada akhirnya, yang terpenting adalah terciptanya lingkungan sepakbola yang aman, nyaman, dan sportif bagi semua pihak. Baik pemain, official, suporter, maupun penonton biasa berhak menikmati pertandingan sepakbola tanpa harus khawatir dengan masalah keamanan. Kebijakan pelarangan suporter tamu ini merupakan salah satu langkah menuju tujuan tersebut.